Oleh : Rabiatun Hasanah
Akhlak ialah bunga diri, yang sangat lekat dengan jiwa seseorang. Bahkan sebagai pakaian diri, yang tak lekang bagi seorang manusia dan tak mungkin dilepaskan olehnya. Ketika kita melihat seseorang dengan kecantikan wajahnya, pertama kali kita akan kagum memandangnya. Kemudian kita mulai tertarik dan mulai mendekatinya. Lalu, dengan segan kita bertanya dan memulai percakapan dengannya. Namun, ternyata sikapnya begitu buruk, ia suka mencaci, memaki, bahkan ia mengatakan hal-hal yang tidak wajar dari mulut mungilnya yang pada awalnya kita kagumi.
Kesan baik dan kekaguman yang pada awal mulanya telah terbangun perlahan-lahan akan memudar dengan sendirinya. Justru yang terjadi bisa sebaliknya, seperti kita jadi benci kepadanya dan lain sebagainaya. Itulah sebabnya akhlak menjadi bunga pada diri.
Akhlak itu berperan penting dalam kehidupan kita. Lihat saja di sekitar kita banyak yang masih belum mengerti akan hakikat diri dan apa yang menjadi pedauman atau tuntunannya. Sebagaimana akhlak seorang muslim ialah Al-qur’an. “..petunjuk yang tiada keraguan padanya, bagi mereka yang beriman..”qs. Albaqarah : 2-3.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi karakter diri seseorang, antara lain environtment (lingkungan), close friend (teman dekat), education (pendidikan), dan spiritual (keagamaan).
1. Environtment (lingkungan)
Seperti yang kita tau, lingkungan itu sangat berpengaruh bagi individu, mengapa? Ya, karena sikap kita akan terbentuk sesuai lingkungan kita, cara pandang, bahkan cara berfikir (mindset) seseorang bisa terpengaruh oleh lingkungan.
Mengapa Rosululloh kemudian hijrah dari Mekkah ke Madinah? Salah satu faktornya ialah berpindah dari tempatnya para kafir quraisy yang penuh dengan siksaan dan kegelapan itu menuju lentera kedamaian di kota Madinah.
Karena, secara psikolgi manusia, seseorang yang secara terus-menerus di hinakan, akan kehilangan rasa percaya dirinya. Dan akan merasa bahwa semua orang juga kejam seperti mereka-mereka yang menghina itu.
Kemudian benar, setelah Beliau pindah ke Madinah, kebangkitan, kedamaian, dan kemenangan pun tumbuh. Sehingga kemudian kota Mekkah sendiri ikut tertaklukan.
2. Close friend (teman dekat)
Memilih teman dekat, teman bercengkerama, teman bergaul itu juga termasuk faktor yang mempengaruhi karakter seseorang. Bahkan beberapa hadist Rosululloh saw, “jika engkau melihat seseorang, maka lihatlah siapa temannya.” dan disebutkan beberapa hadist juga dikatakan bahwasanya, “Akhlak Rosulullah ialah Al-Qur’an.” Al-Qur’an ialah mulia, maka dari itu akhlak Rosululloh juga mulia. Bagaimana tidak? Al-Qur’an ialah kalam Tuhan. Betapa damainya jika kita semua senentiasa memahami isinya dan menerapkan dikehidupan kita.
“Sebaik-baik teman duduk ialah buku”(DR.‘Aidh Al-Qarni, Laa Tahzan)
Secara psikologinya, seseorang juga bisa dilihat karakternya dari buku apa yang ia baca, film apa yang sering ia tonton, dan musik apa yang sering ia dengar. Betapa indahnya ketika kita membiasakan dan melakukan hal-hal tersebut dengan nuansa positif. Agar sikap yang terbentuk adalah sikap yang baik.
Kembali pada memilih teman, beberapa kisah juga menceritakan, ketika kita berteman dengan seorang yang menjual minyak wangi, maka kita akan terikut harumnya. Begitu juga sebaliknya.ketika kita berteman dengan pandai besi, makakita akan tertular asap bakarannya. Pilihlah teman yang satu visi dengan kita, yang saling menghargai pendapat, dan yang tidak menghinakan ketika ia marah.
“Sebaik-baik teman ialah yang bisa engkau ajak ke syurga..” (Habiburrahman El Shirazy, Ketika cinta Berbuah Syurga)
3. Education (pendidikan)
Pendidikan yakni sebagai pembentukan karakter personal. Keluarga ialah tempat sekolah utama bagi seseorang, orang tua berperan penting didalamnya, terutama ibu. Ibu ialah guru pertama bagi anaknya, “al umm madrasatul uula”. Jika seorang anak di didik dengan baik, diberikan kasih sayang sesuai dengan syariat Allah, dibimbing, dijaga pola makanannya yang halal lagi baik menurut Al-qur’an, dijauhkan dari nafkah haram, maka akan mumbuhkan remaja yang santun, seorang dewasa yang anggun dan seorang tua yang bijak kelak.
Ada pepatah, “Jangan tanya gelarnya, lihat karakternya.”(Anis Baswedan)
Bahwasanya, bukan seberapa tinggi tingkat pendidikan yang telah kita raih, tapi seberapa besar pengaplikasian ilmunya dalam kehidupan.
4. Spiritual (keagaman)
Nilai-nilai keagamaan ini menjadi pondasi pembentukan karakter seseorang, karena dari ajaran yang di bawakan didalamnya secara langsung menuntut kita untuk patuh dan taat terhadap tuntunan-tuntunan yang telah Allah tetapkan.
Dalam agama islam pun kita di ajari untuk saling menghormati, saling kasih sayang, juga berakhlak mulia. Maka dari itu, kita diwajibkan mempelajari dan mengamalkan Al-qur’an sebagai pedauman hidup. Tidak ada satu ayat Al-qur’an pun, yang menyeru kepada keburukan.
Jika seseorang didalam jiwanya sudah tertanam nilai-nilai islam, maka tercerminlah di raganya akhlak-akhlak qur’ani dan memiliki karakter yang kuat.
Ternyata seperti itulah faktor-faktor yang melatarbelakangi karakter seseorang. Maka kita tinggal memilih sekaligus menempatkan pada yang baik-baik saja. Misalkan seperti berada dilingkungan yang baik, teman dekat yang berpengaruh positif, dan pendidikan yang sinkron dengan akidah.
Belajar dari alam, jadilah seperti lebah. Ia hanya memakan yang baik-baik dan mengeluarkan yang baik-baik. Jika hinggap diranting, ia tak merusak rantingnya. Ia bermanfaat bagi manusia. Ia tinggal didibunga-bunga yang nyaman dan indah.
Belajar juga seperti ikan dilaut, ia tetap tawar, meskipun air laut terasa asin. Kokoh, tegas, dan berkarakter. Semua itu sudah tersirat didalam Al-Qur’an. Seperti lebah tadi, ia bahkan di abadikan dalam surat An Nahl. Untuk itu jadikan Al-Qur’an sebagai akhlaknya kita. Agar jiwa-jiwa qur’ani memenuhi jagat raya. Inilah bunga diri bercermin kalam.
Tulisan ini diikutkan dalam Lomba Menulis Artikel Forum Ittihadul Muslimin dengan tema "Pemuda-Islam-Dan Persatuan Umat"
Post a Comment