BREAKING NEWS

Masa Muda Hebat, Berbuat untuk Ummat

Oleh:Muhammad Yusuf Habibi

“Pemuda yang hidup dengan canda tawa adalah virus yang mengalir di dalam tubuh ummat. Adapun pemuda yang terpelajar, kuat imannya, sehebat baja kemauannya untuk memulai dialah yang akan membangun ummat.”
Syekh Ali Thantawi


Kisah yang Agung

Begitu agung kisah mereka. Begitu hebat hikayah mereka. Pantas jika kemudian dengan bangganya Al-Qur’an mengisahkannya, sebagai pelajaran dan ibrah untuk generasi setelahnya. Mereka adalah contoh terbaik yang Allah gambarkan melalui firman-Nya. Mereka disebut dengan ashabul kahfi atau sekawanan di dalam gua.

“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (Q.S.Al-kahfi:13)

Jumlah anak muda itu sebanyak tujuh orang. Dengan tambahan satu anjing yang bersama mereka di dalam gua itu. Mereka dipertemukan oleh keimanan kepada Allah yang esa. Mereka adalah sekumpulan anak muda yang lari dari kekuasaan raja yang dzalim. Raja yang ingin merampas akidah mereka.

Karena itulah mereka akhirnya melarikan diri sebagai cara untuk memegang erat dan menyelamatkan keyakinan dan akidahnya. Dengan semua siksaan yang mereka dapat. Hingga kemudian Allah pilihkan sebuah gua untuk mereka berlindung dari kejaran pasukan sang raja.

Di gua itu Allah berikan perlindungan-Nya. Allah pula yang menidurkan mereka selama hampir 309 tahun lamanya. Jasadnya tidak hancur karena bertemu dengan lantai-lantai gua. Tidak juga mereka merasakan lapar karenanya. Kuasa Allah yang telah mengatur semua itu. Merekalah anak-anak muda yang dengan gigih mempertahankan akidah dan imannya kepada yang pantas disembah. Allah subhana wa ta’ala Wajar jika kemudian Allah memberikan itu. Inilah rahasianya.

“Dan Kami meneguhkan hati mereka diwaktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata, "Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia"(Q.S.Al-kahfi:14)

Akidah dipegang erat untuk tidak dilepas. Walau kemudian nyawa menjadi taruhannya. Semua terasa murah untuk memberikan persembahan terbaik kepada Rabb mereka. Itulah mengapa nama mereka abadi. Mereka lah panutan sepanjang masa untuk setiap tingkatan kaum dan generasi. Dan menjadi teladan sejati untuk para kawula muda setelah zamannya secara khusus. Mereka lah generasi muda yang menjadikan akidah sebagai puncak semua kepasrahan kepada Allah. Disimpan di dalam hati dan diikrarkannya, diucap dengan lisan yang sempurna dan hingga kemudian amal menjadi bukti nyata keimanan.

Mulia atau Hina?

Masa muda akan menyiskan kisah hebat lagi menghebatkan, pada pribadi yang menggunakannya sebagaimana apa yang diharapkan. Masa ini juga akan menyisihkan penyesalan dan kekecewaan karena berlalu tanpa makna dan terbuang sia-sia.

Masa ini akan berlalu begitu saja tanpa menunggu apakah diri menjadi yang terbaik atau hanya melewatkannya tanpa sebuah cita-cita dan perjuangan. Mari melihat generasi terbaik umat ini. Pada masa terbaik itu, Rasulullah berjuang bersama anak-anak muda yang luarbiasa. Generasi muda terbaik yang hidup dibawah tarbiyah Rasulullah. Generasi yang tertanam di dalam dadanya ruh keIslaman yang luarbiasa. Merekalah pioneer-pioneer terbaik Rasulullah.

Mereka yang mengabdikan seluruh hidupnya di jalan Allah, yang dengan bangga mengambil posisi-posisi terbaik mereka untuk Islam. Adalah Ali ibn Abi Thalib salah satu dari generasi muda mengambil posisi di medang perang, Zaid ibn Tsabit dan Abu Hurairah belajar untuk mencerdaskan ummat. Abdurrahman ibn Auf dan Utsman ibn Affan, dua saudagar muda yang sudah mempersiapkan harta terbaiknya.

Sebagian mereka tidak ikut andil mengangkat senjata. Namun, ditangan mereka ummat tercerdaskan. Sebagian lagi mempersiapkan harta terbaiknya untuk perjuangan agama. Merekalah generasi mulia. Generasi hebat dan menghebatkan. Pantas jika kemudian Rasulullah menggelari mereka dengan gelar ‘generasi terbaik’

Rasulullah sallalllahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah orang-orang yang hidup pada zamanku (generasiku) kemudian orang-orang yang setelah mereka kemudian orang-orang setelah mereka. (H.R.Bukhari)

Adakah yang lebih mulia selain masa ini?
Jiwa yang hebat, fisik yang kuat, cita-cita yang tinggi dan semangat yang berapi-api
Dimanakah kita dari mereka untuk perjuangan agama ini?

Mulia atau hina menjadi pilihan setiap yang sedang berjalan di masa ini. Pasti akan mulia dengan menjadi kawula muda yang tahu akan rambu-rambu agama dan menaatinya. Mulialah dengan hidup bersama ilmu dan amal!

Ilmu untuk beramal dan berbuat yang terbaik untuk agama. Atau hina di masa ini. Masa karena mengganggap remeh agama. Hina dengan hidup senang-senang tanpa batasan. Hingga kelak jika tiba masa setelahnya, hanya penyesalan yang datang.

Rasulullah sallalllahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kaki anak Adam tidaklah bergeser pada hari kiamat dari sisi Rabbnya sehingga ditanya tentang lima hal; tentang umurnya untuk apa dia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa dia pergunakan, tentang hartanya darimana ia peroleh dan kemana ia infakkan dan tentang apa yang telah ia lakukan dengan ilmunya.” (H.R.Tirmidzi)


Di Tangannya Ummat Bersatu

Waktu Dhuha itu, kota ini seakan mendapatkan ketenangan yang baru. Waktu itu, hari juga tidak terlalu panas, tidak seperti biasanya. Hari itu, kota ini akan mendapat tamu kehormatan, sesosok yang paling agung. Sesosok pembawa cahaya kemenangan untuk seluruh bangsa dan golongan. Di tempat sebelumnya, ia telah membuktikan itu dengan menghapus pemisah di antara kabilah dan menjadikan mereka saudara dari sebelumnya adalah bermusuhan. Saat itu, umurnya masih teramat belia. Bijak dan arifnya telah menjauhkan para kabilah-kabilah dari peperangan diakibatkan masalah peletakan hajarul aswad setelah selesainya renovasi Ka’bah.

Hari ini, pribadi itu akan kembali menebar benih-benih ukhuwah itu di kota Yastrib atau yang dikenal dengan Kota Madinah. Sebuah kota yang ia sebut, “Adalah yang paling baik bagimu jika engkau mengetahuinya”. Dari masyarakat kota ini, sekali lagi ia akan menjadi perekatnya dan penebar cinta dan kasihnya. Dengan sangat bahagia, masyarakat kota ini menyambutnya, walau kebanyakan darinya tidaklah pernah bertemu dengannya. Mereka hanya mendengar namanya yang banyak diperbincangan banyak orang itu. Sosok yang mereka dengan dengan kejujuran dan segudang akhlak yang baik-baik.

Awal masa ini, ukhuwah agama ini benar-benar tercermin dengan sangan indah. Sahabat-sahabat Rasulullah yang datang disambut dan diperlakukan dengan sangat baik, seperti mereka adalah kerabat yang terikat nasab dan kekeluargaan. Merekalah contoh terbaik ikatan yang tidak mengenal harta, nasab, golongan dan bangsa. Mereka disatukan oleh satu ikatan yang teramat kuat, ikatan ukhuwah Islamiyah. Sebuah ikatan akidah dan agama.

Di bawah payung Islam, cinta dan kasih itu tumbuh begitu subur. Jadilah yang muhajirin diberi tempat yang baik, diajak dan diajarkan untuk bertani dan bercocok tanam. Sebaliknya mereka ajarkan berdagang dan berniaga. Indah sekali masa itu. Tak berselang lama, bahu membahu dengan sangat riang, mereka membangun satu pusat kegiatan kota itu. Yang darinya lahir peradaban manusia-manusia terbaik dalam satu naungan agama yang rahmatan lil’alamin.

Dari masjid ini, Rasulullah menjadikan semua urusan berawal. Di masjid ini, semua tersungkur sama di atas tanah yang sama. Tidak ada pembeda kemulian duniawi. Yang menjadi pembeda adalah amal baik dan ketakwaan. Dari masjid ini, peradaban agama ini dimulai. Ialah madrasah ukhuwah dan persaudaraan. Allahumma shalli wasallam ‘ala sayyida Muhammad.

Adakah kita mau mengambil qudwah darinya?

Wallahu’alam

_Mohd.Ahmad_




Tulisan ini diikutkan dalam Lomba Menulis Artikel Forum Ittihadul Muslimin dengan tema "Pemuda-Islam-Dan Persatuan Umat"

Lomba menulis forum ittihadul muslimin

Share this:

Post a Comment

 
Back To Top
Copyright © 2014 ItmusMedia.Com. Designed by OddThemes