BREAKING NEWS

Andai Mereka Tahu

Oleh : Riska Damayanti

Pemuda islam. Apa yang muncul di benak kita ketika membaca ataupun mendengar kata ‘Pemuda Islam’? Yap! Mendengar kata itu pasti kita berpikiran tentang laki-laki yang tunduk pandangannya, senyum menghiasi bibirnya, lembut bahasanya, namun tegas tuturnya. Sikap tanggungjawab, kepedulian, dan jiwa kekeluargaan terhadap sesama, hal yang demikian itulah yang kita terka mengenai pemuda islam.

Tapi kini kenyataannya? Sulit untuk menemukan mereka di zaman penuh kegilaan sekarang ini. Sekalipun ada, itupun hanya segelintir saja. Bahkan hampir dikatakan punah.

Mari kita ajukan pertanyaan.

Coba angkat tangan siapa yang sering melihat berita-berita di televisi mengenai keanarkisan pemuda zaman sekarang? Terlalu banyak, ya? Berita tentang ketiga laki-laki yang mencangkul −maaf− alat vital seorang perempuan, misalnya. Peristiwa itulah yang paling mengerikan di sepanjang tahun ini. Jujur saja, siapapun yang membayangkan hal itu pasti tidak akan sanggup menggambarkannya. Seandainya sejenak saja kita tidak membahas tentang dosa, coba sedikit berpikir lebih jernih, bagaimana jika yang mengalami hal demikian adalah mereka?

Tak dapat dipungkiri, pemuda masa kini identik dengan kriminalitas yang membabi-buta. Menakutkan, menyusahkan, menjijikkan. Kata-kata itu seperti memiliki daya lekat yang sangat kuat di pikiran masyarakat mengenai mereka. Begal, rampok, pemerkosaan. Siapa lagi yang sering melakukannya selain para pemuda? Amat miris memang. Mengenal mereka karena prestasi sepertinya sulit untuk dideteksi. Sekalipun ada, itupun dapat dihitung dengan jari.

Bicara tentang pemuda memang tidak pernah ada habisnya. Dilihat dari sisi manapun, pembahasan tentang mereka selalu menarik untuk dibahas. Dari segi penampilan, gaya hidup, pergaulan, dan kekompakan khususnya. Yap, lucunya, meskipun terkenal anarkis mereka juga terkenal memiliki kekompakan yang lebih tinggi dibandingkan kaum hawa. Misalnya saja, ketika tawuran. Jika salah satu di antara mereka terkena serangan, sudah dapat dipastikan yang lain tidak akan tinggal diam. Mereka akan terus mengejarnya sampai dapat, dan ini sebenarnya yang harus diacungi jempol.

Andai saja jiwa kekeluargaan mereka itu dimanfaatkan sesuai dengan tempatnya. Seperti, ketika ada yang terkena musibah, mereka bahu-membahu saling membantu. Ketika ada yang memenangkan kompetisi, mereka tidak merasa dengki dan lantas membenci rekannya. Justru mereka mendukung dan membanggakan kelompoknya, juga berpacu untuk merebut kemenangan untuk periode berikutnya.

Atau yang sedang booming sekarang, ketika ada yang menghina agama mereka, yang menista dengan kata-kata yang tak patut untuk diucapkan, yang menganggap dirinya adalah yang paling berkuasa di antara mereka, andai saja mereka mengejar terus-menerus si Penista ini sampai dapat, bahkan ke ujung dunia sekalipun. Yang seperti ini benar-benar jauh lebih baik dibandingkan mereka mati-matian membela teman maksiatnya, yang padahal temannya itu tidak akan memberikan manfaat apapun di akhirat kelak.

Andai saja pemuda islam masa kini tahu bahwa mereka benar-benar dibutuhkan kontribusinya. Andai saja mereka sadar bahwa kehadiran mereka yang bermanfaat sangat diharapkan oleh orang banyak. Andai mereka paham bahwa apa yang mereka lakukan di luar sana, berfoya-foya dan tertawa lepas dengan teman-temannya adalah hal yang sama sekali tiada berguna.

Sebenarnya, kehadiran para pemuda islam sangat ditakuti para pemecah belah. Mereka takut akan bangkitnya jiwa kekeluargaan para pemuda islam, karena mereka tahu bahwa para pemuda islam memiliki sifat layaknya lebah. Jika berada di suatu tempat, mereka tidak akan menganggu, tidak akan merugikan, bahkan justru menebarkan manfaat. Namun jika sekali saja mereka diganggu, jangan harap hidup akan tenang. Mereka akan terus-menerus mengejarnya sampai dapat. Dimanapun dan kapanpun.

Karena ketakutan akan sifat layaknya lebah itulah, para pemecah belah terus berusaha memecah-belahkan para pemuda islam dari segi apapun. Terkhusus jiwa pemuda yang saling mengayomi satu sama lain. Apa buktinya mereka takut akan kehadiran pemuda? Logika saja. Kalau mereka tidak takut, mengapa mereka mati-matian membom-bardir akhlak dan mental para pemuda dengan kebebasan? Menjejalkan mereka dengan tontontan tak bermoral? Mencekoki mereka dengan budaya-budaya barat, dan menjauhkan mereka dari nilai-nilai religius?

Andai pemuda islam sadar, bahwa kehadiran mereka yang kodratnya adalah saling mengayomi benar-benar sangat diinginkan, dibutuhkan, diharapkan, dan ditunggu. Tentu saja dengan membawa perubahan yang lebih baik bagi sekitar pastinya.

Andai saja mereka tahu.
Andai saja.

Tulisan ini diikutkan dalam Lomba Menulis Artikel Forum Ittihadul Muslimin denga  tema "Pemuda-Islam-Dan Persatuan Umat"


Share this:

Post a Comment

 
Back To Top
Copyright © 2014 ItmusMedia.Com. Designed by OddThemes